BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Tumbuhan
memiliki berbagai mekanisme untuk melindungi dari berbagai infeksi patogen
tanaman yang berpotensi merusak, antara lain dengan mensintesis berbagai
protein yang menghambat perkembangan patogen. Induksi patogenesis
related protein (PR-protein) seperti kitinase seringkali terjadi
segera setelah invasi pathogen.
Kitinase
adalah enzim yang akan mengkatalisis pemecahan senyawa polimer kitin pada
ikatan glikosidik ß-1,4. Kitinase terdapat di berbagai organisme dan diklasifikasikan
dalam famili 18, 19 dan 20 glikosida hidrolase. Enzim
kitinase dihasilkan oleh
mikroorganisme kitinolitik yang sebagian besar terdapat di
lingkungan tanah dan air.
Aktivitas optimum
enzim kitinase berada pada kisaran
suhu 30-40°C dan pH 5-7. Kestabilan enzim kitinase
berada pada kisaran suhu 30-45°C
dan pH 4-8.
Enzim kitinase telah banyak digunakan
untuk pengolahan limbah dan agen
biokontrol hama tanaman. Hasil hidrolisis kitinase dapat
digunakan sebagai anti tumor,
suplemen, mengontrol kadar gula dalam darah, bahan dasar
pembuatan benang operasi, dan anti inflamantory.
B.
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan apa itu Enzim Kitinase ?
2.
Jelasakn aktifitas Enzim ?
3.
Peran Enzim kitinase ?
C.
Tujuan Penulisan
- Mengetahui
Enzim Kitinase
- Mengetahui
aktivitas enzim kintanase
- Mengetahui
peran Enzim Kitinase
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Enzim Kitinase
Enzim
adalah biomelukel berupa protein yang berfungsi sebagai katalis yaitu senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa bereaksi.
Kitin
merupakan biopolimer yang banyak
terdapat di alam yang tersusun atas ß-1,4N-asetil-D-glukosamin (GlcNac). Kitin
menempati urutan terbesar kedua setelah selulosa dan banyak ditemukan pada
berbagai organisme seperti bakteri, seranggga, cendawan, tanaman dan hewan.
Kitin terdapat sebagai komponen penyusun tubuh udang, kepiting, serangga,
kerang, cumi-cumi, hewan artropoda lainnya, dan merupakan komponen dinding sel
dari banyak fungi dan alga.
Kitinase
adalah enzim yang akan mengkatalisis pemecahan senyawa polimer kitin pada
ikatan glikosidik ß-1,4. Kitinase terdapat di berbagai organisme dan
diklasifikasikan dalam famili 18, 19 dan 20 glikosida hidrolase. Kitinase
dikelompokkan menjadi 3 keluarga (family) glikosil hidrolase yaitu
keluarga
(family) 18, 19 dan 20.
Kitinase yang dihasilkan organisme prokariotik dan eukariotik
termasuk dalam golongan famili 18
sedangkan pada famili 19, enzim kitinase ditemukan
pada bakteri Gram positif, Streptomyces,
dan tanaman tingkat tinggi. Pada umumnya mekanisme hidrolisis enzim kitinase adalah double-displacement
retaining mechanism dan single-displacement
inverting mechanis.
Enzim
kitinase dihasilkan oleh bakteri, fungi, tanaman, dan hewan. Enzim kitinase
yang dihasilkan tumbuhan dapat menghidrolisis antar subunit N-asetilglukosamina
(NAcGlc) pada polimer kitin. Enzim
kitinase saat ini banyak digunakan sebagai agen biokontrol karena dapat
mendegradasi kitin menjadi produk yang ramah lingkungan dan dapat digunakan
dalam bidang kesehatan, pangan, industri dan lain-lain. Degradasi kitin dapat dilakukan dengan 2 cara antara
lain dengan mekanisme kitinolitik yang akan menghidrolisis ikatan
ß-1,4-glikosida dan dengan deasetilasi kemudian dihidrolisis oleh kitosanase.
Pengolahan limbah untuk mendapatkan kitin dapat dilakukan dengan cara
demineralisasi dan deproteinasi melalui penambahan asam atau basa kuat. Metode
biokimia mudah dikendalikan, terurai secara biologis, dan dapat membentuk
oligomer atau polimer yang diinginkan.
Berdasarkan
cara kerja hidrolisis, kitinase dikelompokkan menjadi tiga tipe utama yaitu:
- Endokitinase,
yang memotong secara acak polimer kitin secara internal sehingga
menghasilkan oligomer pendek.
- Eksokitinase
(1,4-ß-kitobiosidase), yang memotong unit trimer kitobiosa pada ujung
terminal polimer kitin.
- Nasetilglukosamidase,
yang memotong unit monomer pada ujung terminal polimer kitin.
Peranan
kitinase pada ketahanan tanaman terhadap serangan pathogen terjadi melalui dua
cara, yaitu:
- Menghambat
pertumbuhan cendawan dengan secara langsung menghidrolisis dinding miselia
cendawan dan
- Melalui
penglepasan elisitor endogen oleh aktivitas kitinase yang kemudian memicu
reaksi ketahanan sistemik (systemic acquired resistance/SAR) pada
inang.
2.
Mikroorganisme
Kitinolitik
Mikroorganisme kitinolitik adalah
mikroorganisme yang memiliki aktivitas kitinolitik, yaitu dapat mendegradasi
kitin menggunakan enzim kitinase yang dihasilkan. Mikroba tersebut dapat
diperoleh dari berbagai sumber lingkungan tanah, laut, danau, kolam, tempat pembuangan
limbah udang dan sebagainya. Sampai saat ini telah banyak penelitian yang membahas
tentang isolasi, skrining, dan karakterisasi enzim kitinase dari berbagai
sumber untuk mengatasi masalah limbah seperti limbah udang.
Lingkungan suhu mikroba berpengaruh
terhadap stabilitas enzim yang dihasilkan. Pada lingkungan biosfer yang
mengandung banyak kitin, kemungkinan akan terdapat mikroorganisme penghasil
kitinase. Berbagai organisme kitinolitik dapat menghasilkan beragam jenis
kitinase dengan karakteristik dan spesifitas terhadap substrat yang bervariasi.
Beragamnya kemampuan bakteri menghasilkan jenis enzim kitinase tersebut mungkin
merupakan usaha penyesuaian terhadap berbagai jenis, tipe, dan struktur kitin
yang tersedia di alam. Karakteristik kitinase sangat beragam, dapat diketahui
dari studi dasar terkait peran biologis mereka terhadap degradasi kitin,
3.
Aktivitas Enzim Kitinase
Aktivitas kitinase
ditentukan secara kolorimetri dengan alat spektrofotometer. Hasil pemecahan
kitin yang berupa N-asetil glukosamin (GlcNAc) digunakan sebagai standar untuk gula reduksi.
Aktivitas kitinase ditentukan berdasarkan kurva standar N-asetil glukosamin
yang dibuat dengan mengukur absorbansi dari campuran antara larutan N-asetil glukosamin
(berkisar antara 0 hingga 500 µl) dengan akuades (berkisar antara 500 hingga 0 µl)
dan 500 µl reagen schale. Satu unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai
jumlah enzim yang menghasilkan 1 µmol N-asetil-D-glukosamin per menit.
Karakterisasi enzim kitinase
telah banyak dilakukan. Karakterisasi enzim kitinase yang umum dilakukan
antara lain spesifisitas substrat, penentuan suhu dan pH optimum, kestabilan
enzim terhadap pH dan suhu. Setiap enzim memiliki kemampuan yang berbedabeda
dalam mendegradasi substrat dan spesifik terhadap substrat yang berbeda-beda.
Enzim kitinase dari isolat Pesudomonas sp. TKU015 spesifik terhadap substrat
koloidal kitin dan kitin [39]. Enzim kitinase dari isolat Streptomyces sp.
M-20 memiliki aktivitas tertinggi pada substrat koloidal kitin. Kitinase Streptomyces
sp. PTK19 memiliki aktivitas paling tinggi terhadap substrat glikol kitin.
Aktivitas enzim dipengaruhi
oleh adanya pH dan suhu. pH mempengaruhi sifat ionic gugus karboksil dan gugus
amino yang menyebabkan perubahan daerah katalitik dan konformasi enzim. Enzim
kitinase dengan mikroba Pseudomonas sp. TKU015 memiliki pH optimum 6 dan
stabil pada pH 5-7. Kitinase isolat Bacillus sp. D2 memiliki pH optimum
7. Streptomyces sp. ANU 6277 memiliki pH optimum 6. Enzim kitinase. Streptomyces
sp. PTK19 memiliki pH optimum 5.50 dan stabil pada pH 4-7. Enzim kitinase
dari isolat Streptomyces sp. M-20 memiliki kestabilan pada pH 4-8.
Suhu merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim. Kenaikan suhu akan meningkatkan
energi kinetik sehingga tumbukan antar molekul akan semakin cepat. Semakin
sering tumbukan terjadi, maka akan semakin mudah pembentukan kompleks enzim-substrat.
Streptomyces sp. ANU 6277 memiliki suhu optimum 35°C Bacillus sp.
D2 memiliki suhu optimum 30°C. Kitinase dari isolat Streptomyces sp.
M-20 memiliki aktivitas optimum pada suhu 30°C. Kitinase dari actinomycete
isolat SB1 dan isolat VB3 serta isolat bakteri SB5 memiliki suhu optimum 37°C. Suhu
optimum enzim kitinase Streptomyces sp. PTK19 40°C dan stabil pada suhu 30-45°C.
4.
Aplikasi Enzim
Kitinase
Secara umum, enzim kitinase dimanfaatkan
sebagai agen biokontrol hama tanaman dan untuk pengolahan limbah industri yang
mengandung kitin, seperti industri pembekuan udang, kerang, dan kepiting.
Pabrik pembekuan udang menghasilkan limbah cangkang yang jika tidak didegradasi
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena meningkatkan BOD dan COD. Dengan
adanya kitinase, proses penguraian kitin dapat berlangsung secara kontinyu sehingga tidak terjadi akumulasi kitin dari
limbah industri dan sisa cangkang kepiting,
udang, kerang, dan organisme laut lainnya.
Dibidang pertanian, kitinase
berfungsi sebagai agen biokontrol terhadap hama
serangga dan fungi patogen yang memiliki komponen
kitin pada dinding sel. Sebagai agen biokontrol,
enzim kitinase dan protease berperan dalam proses pembunuhan larva Haemonchus contortus
dengan cara mendegradasi dan melisiskan dinding kulit larva cacing. Setelah larva tersebut mati, mikroba kitinolitik
akan berkembang biak dan mengambil nutrisinya.
Kitinase yang dihasilkan oleh Bacillus cereus efektif menghidrolisis
eksoskeleton Bemisia tabaci (whitefly) yang
merupakan hama tanaman. Penggunaan enzim
kitinase dilakukan dengan cara penyemprotan langsung pada daun dan buahbuahan.
Terbukti pada tanaman strawberry yang menunjukkan
tidak ada serangga atau jamur patogen.
Enzim kitinase hasil isolasi
dari bakteri tanah rizosfer yang telah diidentifikasi sebagai Bacillus sp.
terbukti dapat berperan sebagai agen biokontrol jamur Rhizoctonia
Solani. Saat ini sedang dikembangkan upaya
pengontrolan hama yang ramah lingkungan karena
fungisida yang telah umum digunakan dapat menyebabkan resistensi patogen meningkat dan berdampak terhadap manusia dan
lingkungan. Penelitian menunjukkan kitinase
dari Bacillus thuringiensis dan Bacillus licheniformis memiliki
aktivitas tertinggi untuk menghambat
pertumbuhan jamur A.niger, sehingga perkecambahan bibit kedelai meningkat menjadi 80% dan 70%.
Senyawa-senyawa hasil
degradasi kitinase pada kitin membentuk seyawa turunan kitin seperti
karboksimetil kitin, hidroksietil kitin dan etil kitin yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Dalam bidang kedokteran senyawa turunan
kitin dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan benang operasi yang mempunyai keunggulan dapat diserap dalam jaringan tubuh, tidak toksik dan dapat disimpan dalam waktu
yang lama. Kitoheksosa dan kitoheptosa
memperlihatkan aktivitas anti tumor. Monomer dari kitin yaitu N-Asetil D-glukosamin
dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi, diantaranya
dapat digunakan sebagai obat untuk mengontrol
kadar gula dalam darah, sebagai suplemen, anti inflamantory dan dalam
dunia kosmetik senyawa gula ini dapat membantu mengurangi hilangnya hiperpigmentasi karena N-asetil-D-glukosamin
dapat membantu mengurangi aktivitas enzim
tirosinaseyang berperan dalam produksi melanin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mikroorganisme
kitinolitik dapat diperoleh dari berbagai sumber. Mikroba kitinolitik dilakukan
isolasi dan skrining untuk mendapatkan bakteri yang paling baik kemudian digunakan
untuk produksi dan purifikasi enzim kitinase. Mikroba yang menghasilkan enzim kitinase
akan menghasilkan zona bening di sekitar koloni mikroba. Aktivitas enzim
kitinase beragam, tergantung pada jenis
mikroorganisme dan keberadaan substrat kitin. Karakteristik enzim
kitinase bervariasi tergantung pada sumbernya. Berat molekul enzim kitinase
dari Steptomyces sp. strain ANU 6277 sekitar 45 kDa dan dari Bacillus sp. D2 sekitar 30 kDa. Sebagian
besar kitinase lebih spesifik terhadap substrat koloidal kitin. Aktivitas
optimum enzim kitinase berada pada kisaran suhu
30-40°C dan pH 5-7. Kestabilan enzim kitinase
berada pada kisaran suhu
30-45°C dan pH 4-8. Enzim kitinase telah banyak digunakan untuk
pengolahan limbah dan agen biokontrol hama tanaman. Hasil hidrolisis kitinase
dapat digunakan sebagai anti tumor, suplemen, mengontrol kadar gula
dalam darah, bahan dasarpembuatan benang operasi, dan anti inflammatory.
DAFTAR
PUSTAKA
Pudjhartati, Endang, dkk.”Aktivitas Enzim Kitinase pada Kacang
Tanah yang
Sehat dan yang Terinfeksi Scelerotium roflsii”.,Jurnal Hayati.,
Vol.13,No.02,2006
Pratiwi, S Rachmawati.”Enzim Kitinase dan Aplikasi dibidang
Industri”.,Jurnal
Pangan
dan Agroindustri.,Vol.3,No.3,p.878-887.,2015
Untuk melihat PPT klik video dibawah ini ↓↓↓↓↓
Untuk melihat PPT klik video dibawah ini ↓↓↓↓↓
Atau klik https://youtu.be/cIBX6UVRioQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar