Selasa, 10 Januari 2017

Makalah Al-qur'an dan Kandungannya

AL-QUR’AN DAN KANDUNGANNYA
A. Pengertian Al-Qur’an
1. Secara Bahasa (Etimologi)
Merupakan mashdar (kata kerja yang dibendakan) yang diartikan dengan isim maf’ul, yakni makruh’, artinya sesuatu yang dibaca. Maksudnya, Al-Qur’an itu adalah bacaan yang dibaca. Penamaan kitab Allah S.W.T. Yang di turunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W ini dengan bacaan (Al-Qur’an), memang sungguh tepat. Alasannya, karna fakta sejarah maupun bukti impiris (sosiologis) selalu menunjukkan bahwa di kolong langit ini, tidak satupun bacaan yang jumlah pembacanya sebanyak pembaca Al-Qur’an.
            Betapa tidak! Bukannya saja dari kalangan muslimin sendiri yang membaca dan mempelajari Al-Qur’an, tetapi banyak pula dari orang-orang non-muslim seperti orientalis dan sebagainya.
Menurut sebagian ulama, lafaz Qur’an serupa dengan lafaz qira’ah, yang mana ia merupakan bentuk masdar dari kata qara’a. Kata Qara’a itu sendiri mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun; dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya dalam satu ucapan yang tersusun dengan rapi.
Dalam pengertian diatas, maka qara’a – qira’atan berarti membaca, sedangkan qur’anan bermakna maqru’ (isim maf’ul dari qara’a) yang berarti suatu yang dibaca (bacaan). Pendapat ini mengambil argumen dari firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Qiyamah ayat 17-18 sebagai berikut:
 
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (al-Qur’an) di dadamu dan (membuatmu pandai) membacanya. Maka apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”. (Q.S. Al-Qiyamah: 17-18)
            Qur’an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w sehingga Qur’an menjadi nama khas kitab itu, sebagai nama diri. Dan secara gabungan, kata itu dipakai untuk nama Qur’an secara keseluruhan, begitu juga untuk penamaan ayat-ayatnya. Maka jika kita mendengar orang membaca ayat Al-Qur’an, kita boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca Qur’an.
2. Secara Syari’at (Terminologi)                                                                               
Merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-nya, Nabi Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
            Para ulama menyebutkan definisi Qur’an yang mendekati maknanya dan membedakannya dari yang lain dengan menyebutkan bahwa: “Qur’an adalah Kalam atau Firman Allah yang di turunkan kepada Muhammad s.a.w yang pembacaannya merupakan suatu ibadah.” Dalam difinisi, “kalam” merupakan kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan dengan menghubungkannya kepada Allah (kalamullah) berarti tidak termasuk semua kalam manusia, jin, dan malaikat.
            Dan dengan kata-kata “yang diturunkan” maka tidak termasuk Kalam Allah yang sudah khusus menjadi milik-Nya.
                
            “Katakanlah: ‘sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuliskan firman tuhanku, akan habislah lautan sebelum firman tuhanku habis di tulis; sekalipun kami berikan tambahannya sebanyak itu pula.” (Al-kahfi{18};109).
                 
            “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan sesudahnya tujuh lautan (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Lukman {31};27)
            Dan membatasi apa yang diturunkan itu hanya “kepada Muhammad s.a.w.”, tidak termasuk yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, seperti Taurat, Injil dan yang lain. Sedangkan “yang pembacaanya merupakam suatu ibadah” mengecualikan hadist ahad dan hadist-hadist kudshi – bila kita berpendapat bahwa yang di turunkan dari Allah itu kata-katanya – sebab kata-kata “pembacaanya sebagai ibadah” artinya perintah untuk membacanya dalam shalat dan lainnya sebagai suatu ibadah. Sedangkan qiraat ahad dan hadist-hadist kudsi tidak demikian halnya. Allah SWT telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman nya:
             
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S al-Hijr:9)
Oleh karena itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun musuh-musuh Allah yang berupaya untuk merubah isinya, menambah, mengurangi atau pun menggantinya.
B. Nama-nama Al-Qur'an
            Al-Qur’an mempunyai banyak nama, ini menunjukkan kemulian Al-Qur’an. Sebab, seperti di nyatakan al-Sayuthi, fa’inna katsrat al-asma’ tadullu ‘ala syarafi al-musamma. Maksudnya, sesungguhnya banyak nama itu mengisyaratkan kemulian sesuatu yang diberi nama. Menurut ‘Uzayzi Ibn ‘Abd al-Mulk, yang lebih populer dengan sebutan Abu al-Ma’ali Syaydzalah (w. 495 H/997 M), Al-Qur’an memiliki 55 macam nama; sedangkan menurut Abu al-Hasan al-Harali (w. 647 H/1249M), malahan lebih dari 90 macam nama Al-Qur’an.
            Dalam pada itu Ibn jazzi Al-Kilabi (741-792 H) menegaskan bahwa yang tepat, Al-Qur’an hanya memiliki empat macam nama yakni Al-Qur’an, al-Kitab, al-Furqan, dan al-Dzikr. Sedangkan selebihnya, yakni yang 51 hingga 90 atau bahkan lebih banyak lagi dari itu, hanya merupakan sifat (bukan nama) seperti penyifatan Al-Qur’an dengan: al-Azhim (Yang Agung), al-Karim (Yang Mulia), al-Matin (Yang Kuat), al-Aziz (Yang Perkasa), al-Majid (Yang Pemurah/Mulia), dan begitulah seterusnya.
Terdapat lebih dari 10 nama Al-Quran dirakamkan oleh Allah dalam kitabnya. Nama-nama itu menepati ciri-ciri dan kriteria Al-Quran itu sendiri.
1.      Al-qur’an
Al-Qur'an adalah kitab suci agama Islam, umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril dan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
               
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (al-Isra’[17]:9).
2.      Al-Kitab (Kitab)
Perkataan Kitab di dalam bahasa Arab dengan baris tanwin di akhirnya (kitabun) memberikan makna umum yaitu sebuah kitab yang tidak tertentu.  Apabila ditambah dengan alif dan lam di depannya menjadi (Al Kitab) ia telah berubah menjadi suatu yang khusus (kata nama tertentu). Dalam hubungan ini, nama lain bagi Al-Quran itu disebut oleh Allah adalah Al-Kitab.
          
            “Sesungguhnya telah kami turunkan kapada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemulian bagimu. Maka apakah kamu tidak memahaminya?.” (al-Anbiyaa’[21]:10).
3.      Al-Hudaa (Petunjuk)
Allah SWT telah menyatakan bahwa Al-Quran itu adalah petunjuk. Dalam satu ayat Allah menyatakan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia (2:185) dan dalam satu ayat yang lain Allah nyatakan ia sebagai petunjuk bagi orang-orang betaqwa. (3:138 )
   
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat dari Tuhanmu, dan obat bagi yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus [10]:57).
4.      Al-Furqan (Pembeda)
Allah SWT memberi nama lain bagi Al-Quran dengan Al-Furqan berarti Al-Quran sebagai pembeda antara yang haq dan yang batil. Mengenali Al-Quran maka kesannya sewajarnya dapat mengenal Al-Haq dan dapat membedakannya dengan kebatilan.
         
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya agar dia menjadi peringatan kepada seluruh alam”. (Q.S al-Furqan: 1)
5.      Ar-Rahmah (Rahmat)
Allah menamakan Al-Quran dengan rahmat karena dengan Al-Quran ini akan melahirkan iman dan hikmah. Bagi manusia yang beriman dan berpegang kepada Al-Quran ini mereka akan mencari kebaikan dan cenderung kepada kebaikan tersebut.
          
Dan Kami turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar serta rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim (Al-Quran itu) hanya akan menambah kerugian.” (Q.S al-Isra: 82)
6.      An-Nuur (Cahaya)
Panduan yang Allah gariskan dalam Al-Quran menjadi cahaya dalam kehidupan dengan mengeluarkan manusia daripada takut kepada cahaya kebenaran, daripada kesesatan dan kejahilan kepada kebenaran ilmu, daripada perhambaan sesama manusia kepada mengabdikan diri semata-mata kepada Yang Maha Mencipta dan daripada kesempitan dunia kepada keluasan dunia dan akhirat.
      
 “Wahai manusia, telah datang kepadamu bukti kebenaran dari tuhanmu, dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.”(An-Nisa’[4]:174)
7.      Ar-Ruuh (Roh)
Allah SWT telah menamakan wahyu yang diturunkan kepada Rasulnya sebagai roh. Sifat roh adalah menghidupkan sesuatu. Seperti jasad manusia tanpa roh akan mati, busuk dan tidak berguna. Dalam hubungan ini, menurut ulama, Al-Quran mampu menghidupkan hati-hati yang mati sehingga dekat dengan penciptanya.
    
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) Ruuh (Al-Quran) dengan perintah Kami, … (Q.S ash-Shura: 52)
8.      Asy-Syifaa’ (Penawar)
Allah SWT telah mensifatkan bahwa Al-Quran yang diturunkan kepada umat manusia melalui perantara Nabi Muhammad SAW sebagai penawar dan penyembuh. Bila disebut penawar tentu ada kaitannya dengan penyakit. Dalam tafsir Ibnu Kathir dinyatakan bahwa Al-Quran adalah penyembuh dari penyakit-pnyakit yang ada dalam hati manusia seperti syirik, sombong, bongkak, ragu dan sebagainya.
         
“Wahai manusia! Sungguh, telah Kami datangkan kepadamu pelajaran (Al-Quran) dari Tuhanmu, penawar bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (Q.S Yunus: 57)
9.      Al-Haq (Kebenaran)
Al-Quran dinamakan dengan Al-Haq karena dari awal hingga akhirnya, kandungan Al-Quran adalah semuanya benar. Kebenaran ini adalah datang daripada Allah yang menciptakan manusia dan mengatur sistem kehidupan manusia dan Dia Maha Mengetahui segala-galanya. Oleh karena itu, ukuran dan pandangan dari Al-Quran adalah sesuatu yang sebenarnya mesti diikuti dan dijadikan prioritas yang paling utama dalam mempertimbangkan sesuatu.
      
Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu.” (Q.S al-Baqarah: 147)
10.  Al-Aziz (Yang Mulia)
         
“Mereka yang mengingkari az-Zikr (Qur’an) ketika Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka pasti akan celaka). Qur’an adalah kitab yang mulia.” (Fussilat [41]:41).
11.  Al-Mau’izhah (Pengajaran)
Al-Quran yang diturunkan oleh Allah adalah untuk kegunaan dan keperluan manusia, karena manusia sentiasa memerlukan peringatan dan pelajaran yang akan membawa mereka kembali kepada tujuan penciptaan yang sebenarnya. Tanpa bahan-bahan pengajaran dan peringatan itu, manusia akan terlalai dan alpha dari tugasnya karena manusia sering didorong oleh nafsu dan dihasut oleh syaitan dari mengingati dan mentaati suruhan Allah.
   
“Dan sungguh Kami telah mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mahu mengambil pelajaran? (daripada Al-Quran ini).”(Q.S al-Qamar: 22)
12.  Adz-Dzikr (Pemberi Peringatan)
Allah SWT menyifatkan Al-Quran sebagai adz-dzikra (peringatan) karena sebetulnya Al-Quran itu senantiasa memberikan peringatan kepada manusia karena sifat lupa yang tidak pernah lekang daripada manusia. Manusia mudah lupa dalam berbagai hal, baik dalam hubungan dengan Allah, hubungan sesama manusia maupun lupa terhadap tuntutan-tuntutan yang sepatutnya ditunaikan oleh manusia. Oleh karena itu golongan yang beriman dituntut agar senantiasa mendampingi Al-Quran. Selain sebagai ibadah, Al-Quran itu senantiasa memperingatkan kita kepada tanggung jawab kita.
              
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-zikra (Al-Quran) dan Kamilah yang akan menjaganya (Al-Quran).” (Q.S al-Hijr: 9)
13.  Al-Busyraa (Berita Gembira)
Al-Quran sering menceritakan kabar gembira bagi mereka yang beriman kepada Allah dan menjalani hidup menurut kehendak dan jalan yang telah diatur oleh Al-Quran. Kabar-kabar ini menyampaikan pengakhiran yang baik dan balasan yang menggembirakan bagi orang-orang yang patuh dengan intipati Al-Quran. Telalu banyak janji-janji gembira yang pasti dari Allah untuk mereka yang beriman dengan ayat-ayatnya.
   
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk serta rahmat dan khabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).”(Q.S an-Nahl: 89)
C. Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadits Qudsi
Hadist-hadist Nabi SAW meskipun dari segi redaksinya disusun oleh Nabi sendiri namun dari segi maknanya ia berasal dari Allah. Oleh karena itu, hadist-hadist Nabi juga diisyaratkan dalam firman Allah surah an-Najmu ayat 3-4 sebagai berikut:
   
Artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu(al-Qur’an)menurut kemauan hawa nafsunya. Ucappannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (Q.S al-Najm: 3-4)
Seperti yang kita ketahui bahwa Al-qur'an merupakan mu'jizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril secara berangsur-angsur dan membacanya dianggap sebagai ibadah.
Sedangkan hadits qudsi adalah perkataan-perkataan Nabi dengan mengatakan "Allah berfirman". Sedangkan menurut ath-thibi, hadits qudsi merupakan titah tuhan yang disampaikan kepada Nabi melalui mimpi, kemudian diterangkan oleh Nabi dengan bahasanya sendiri serta menyandarkannya kepada Allah. Oleh sebab itu hadits qudsi disebut juga hadits illahi atau hadits   rabbani.
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa perbedaan yang mendasar antara Al-qur'an dan hadits qudsi, diantaranya:
1.                  Al-Qur’anul Karim adalah kalam Allah yang di wahyukan kepada rasulullah dengan lafalznya, dan dengan itu pula orang Arab di tantang; tetapi mereka tidak mampu membuat seperti Qur’an itu, atau 10 surah yang serupa itu, bahkan 1 surah sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku, karna Qur’an adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat, sedangkan hadist kudtshi tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
2.                  Al-Qur’anul Karim adalah hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga di katakana; Allah ta’alla telah berfirman. Sedang hadist kudshi – seperti telah di jelaskan di atas – terkadang di riwayatkan dengan di samarkan kepada Allah; sehingga nisbah hadist kudshi kepada Allah itu merupakan nisbah di buatkan. Maka di katakan; “Allah telah berfirman atau Allah berfirman. ‘dan terkadang pula di riwayatkan dengan di samarkan kepada Rasulullah s.a.w; tetapi nisbahnya adalah nisbah kabar, karena Nabi yang menyampaikan hadist itu dari Allah. Maka dikatakan: Rasulullah s.a.w mengatakan mengenai apa yang diriwayatkan dari tuhannya.
3.                  Lafaz dan makna al-Quran adalah wahyu dari Allah dan membacanya menjadi ibadah secara khusus. Sedangkan hadist qudsi maknanya saja yang merupakan wahyu dan membacanya bukan ibadah secara khusus.
Nilai ibadah membaca Qur’an juga terdapat dalam hadis:
“Barang siapa membaca satu huruf dari Qur’an, maka dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.
Sedang hadis kudsi tidak disuruh membacanya di dalam shalat. Allah memberikan pahala membaca hadis kudsi secara umum saja. Maka membaca hadis kudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Qur’an bahwa pada setiap huruf mendapatkan sepuluh kebaikan.
4.                  Al-Qur’anul Karim dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka ia adalah wahyu, baik dalam lafal ataupun maknanya. Sedang hadis kudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang lafalnya dari Rasulullah s.a.w. Hadis kudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal. Oleh sebab itu, menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadis kudsi dengan maknanya saja.
5.                  Semua ketentuan hukum bagi Al-qur'an tentang membaca dan menyentuhnya tidak berlaku bagi hadits qudsi.
6.                  Seluruh isi Qur’an dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang hadist-hadis kudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga masih merupakan dugaan. Ada kalanya hadis kuqsi itu sahih, terkadang hasan (baik) dan terkadang pula da’if (lemah).
D. Kandungan Al-Qur'an
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an terkandung kandungan yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu sebagaimana berikut ini:
1.    Aqidah / Akidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Al-qur’an mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
2.    Ibadah
Ibadah adalah ta’at, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasanya. Dari pengertian "fuqaha" ibadah adalah segala bentuk keta’atan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimat syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.
3.    Akhlaq / Akhlak
Kata akhlak merupakan jamak dari al-khuluq. Secara harfiah, ia berasal dari kata kholaqa yang berarti menjadikan. Dan al-khuluq berarti kejadian. Secara istilah, al-akhlaq diartikan kepada suasana jiwa (ahwal an-nafs) yang berpengaruh pada prilaku. Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlak. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkannya dan menjauhi larangannya.
4.    Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-qur’an adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman, hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Al-qur'an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu'amalat, munakahat, faraidh dan jihad. Ini menunjukan bahwa hukum islam sangat komprehensif, tidak ada aspek kehidupan manusia tata aturan hukumnya.

5.    Peringatan / Tadzkir
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa'id. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadanya dengan balasan berupa nikmat surga jannah atau waa'ad. Di samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam al-qu’ran atau disebut juga targhib dan kebalikannya gambaran yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.
6.    Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.
7.    Dorongan Untuk Berpikir
Di dalam al-qur'an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan pemikiran manusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.


DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad.1969.“Kitab Al-Akhlaq”.Beirut:Darulkitab Al-Arabi
Yunus, M Kadar.2009.“Studi Al-Qur’an”.Jakarta:Amzah
AS, Mudzakir.2009.“Studi Ilmu-ilmu Qur’an”.Bogor:PT.Pustaka Litera Antar Nusa
Suma, A Muhammad.2013.“Ulumul Qur’an”.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
Solahudin, Agus M.2008.“Ulumul Hadist”.Bandung:Pustaka Setia
Zaini, Muhammad.2012.“Pengantar ‘Ulumul Qur’an”.Banda Aceh:Yayasan PeNa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar